Pendudukan kolonial di Indonesia telah meninggalkan jejak yang dalam pada masyarakat dan perekonomian negara. Salah satu sistem yang paling terkenal adalah Cultuurstelsel, atau Sistem Tanam Paksa, yang diterapkan oleh Belanda. Sistem ini memaksa petani menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan nila, yang kemudian dijual ke pasar Eropa dengan harga tinggi. Akibatnya, banyak petani menderita karena harus menyerahkan sebagian besar hasil panen mereka kepada pemerintah kolonial.
Selain Cultuurstelsel, Landrente atau Sistem Sewa Tanah juga diterapkan. Sistem ini mengharuskan petani membayar sewa tanah kepada pemerintah kolonial, yang seringkali tidak terjangkau oleh mereka. Hal ini menyebabkan banyak petani kehilangan tanah mereka dan jatuh miskin.
Pendudukan kolonial juga memicu munculnya pergerakan nasional di Indonesia. Gerakan ini bertujuan untuk melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi puncak dari perjuangan panjang ini.
Perang Pasifik juga memiliki dampak signifikan terhadap Indonesia. Pendudukan Jepang selama perang ini membawa perubahan dalam pemerintahan dan masyarakat, meskipun juga disertai dengan penderitaan dan kekerasan.
Narasi 350 tahun penjajahan di Indonesia seringkali digunakan untuk menggambarkan lamanya periode penjajahan. Namun, narasi ini juga mengabaikan perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia yang terus berlangsung selama periode tersebut.
Monopoli perdagangan oleh VOC dan kemudian oleh pemerintah Belanda menghambat perkembangan ekonomi lokal. Kerja Rodi atau kerja paksa juga menjadi bagian dari sistem kolonial yang menindas rakyat Indonesia.
Dampak pendudukan kolonial terhadap masyarakat Indonesia sangat kompleks dan beragam. Mulai dari sistem ekonomi yang menindas, hingga perlawanan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Artikel ini hanya menggores permukaan dari sejarah panjang ini.